Mengapa selalu
bertanya, dan ketika dapatkan jawaban, puas rasa hati dan akal, nafsu ini. Selalu
masih imajinasi abstraktif yang terngiang sabankali berfikir tentang Tuhan.
Manusia yang berakal dan dilengkapi panca Indera, kata orang-orang, akan
berfikir radikal ketika konsepsi yang hanya sampai imajinasi kreatif sendiri
yang berbicara haya itu. Kata orang-orang entah berapa ribu tahun kala, manusia
selalu percaya dengan cosmologi yang justru hal tersebut lebih jauh untuk
menjawab akal yang menjadi pusat pertanyaan. Kayalisme cukup membantu sampai
pada “Tuhan selalu saja mengawasi dan Dia tak mau bertemu” kenapa Ia tak kontak
panca indera manusia?!
"Tuhan adalah
sebab musabab formal alam semesta, dalam arti Tuhan selalu menyeleksi dari
kemungkinan yang tak teratur menjadi sesuatu yang dapat diatur, berpola-pola,
tertata, bernilai-nilai dan pasti bermakna." kata Whitehead. Kenyataan yang
sesungguhnya tak tau seperti apa. Interpretasi yang diciptakan tak cukup
menjawab, memunculkan symbol-simbol kemungkina yang hanya dipunyai Tuhan.
Tuhan adalah
maha-maha yang menciptaka arloji besar dan unsur-unsur semesta dimainkan dengan
batas arloji yang dipasang asas sebab-akibat. Memformasikan Tuhan tak semudah
melihat telapak tangan di hadapan mata. Kata orang-orang ada ateisme: manusia
tanpa Tuhan.Saya menduga ateisme lebih takkan dapat lebih dari yang berdekatan
dengan keyakinan dan terus belajar dengan keimanan. Keyakinan sangat erat
dengan doktrinasi yang mempunyai sikap fital akan Tuhan yang pasti
ada. Entahlaah...
Tuhan dapat
mungkin sebuah konsepsi kesepakatan yang dikuasakan menjadi budaya dan
kebetulan logisasi kumpulan manusia itu menjadi formula yang dapat sesuai dengan
empiris dan pada akhirnya menjadi kesepakatan bahwa manusia-manusia memiliki
Tuhanisme. Sempat terfikir, bila dunia ini pasti akan lebur kembali dan
peradaban baru yang akan mungkin tercipta adalah Tuhan dan dunia filosofi.
Mengapa konsepsi
tuhan menciptakan paradigma pragmatisme? Neraka yang diciptakan dan membentuk
imajinasi yang mengancam, lebih menyakitkan, tidak seirama dengan nafsu
manusia. Surga menjadi alasan dan hal yang dijanjikan ditafsirkan suatu hal
yang sesuai dengan ingin-ingin manusia.
Simpulan sementara saja " Di Dunia fana duga ini, seolah ter-reka-reka,
Manusia harus ciptakan sejarah-sejarah, sejarah-sejarah yang yang banyak mengandung ingin-ingin manusia, sejarah-sejarah untuk dunia, sejarah-sejarah untuk semesta, tentu apa yang menjadi sejarah hati sejarah hakiki"